Chat with our Network Representatives now:
“Redesigning The World: HighScope Indonesia Merancang Ulang Dunia dengan Meningkatkan Kualitas Guru untuk membentuk Siswa yang berkualitas”
Membekali siswa dengan Life Skills menuju SDM Unggul
Jakarta, 10 Oktober 2019 - Perubahan terus terjadi dan permasalahan di dunia juga menjadi semakin rumit. HighScope Indonesia percaya bahwa tantangan di masa depan tidak bisa dijawab dengan cara pemikiran kemarin dulu. Seiring dengan perubahan global dan tuntutan di dunia kerja, HighScope Indonesia melihat adanya kesenjangan antara kualitas lulusan dan apa yang dibutuhkan oleh dunia dan dunia kerja. Sekolah tradisional pada umumnya hanya menekankan pentingnya peringkat dan nilai angka pelajaran, sementara dunia kerja menginginkan lulusan yang menguasai “life skills”. Riset yang dilakukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia juga menunjukan bahwa pemimpin dari berbagai Industri mempertanyakan kesiapan dari lulusan universitas di Indonesia saat memasuki pasar tenaga kerja.
Berdasarkan "brain-based research,” HighScope Indonesia telah mengembangkan pendidikan, melatih guru dan mendidik murid semenjak tahun 1996, dan memegang teguh bahwa cara belajar terbaik adalah harus sesuai dengan cara otak bekerja. Oleh karena itu, sejak tahun 2010 HighScope secara rutin mengadakan Konferensi Tahunan HighScope Indonesia yang didedikasikan untuk membangun komunitas belajar untuk para guru, kepala sekolah, dan profesional pendidikan lainnya yang berkumpul bersama untuk merefleksikan pengalaman dan praktik saat ini.
HighScope Indonesia menerapkan pendekatan pembelajaran yang mempersiapkan anak untuk menghadapi masalah yang belum diketahui, untuk pekerjaan yang saat ini belum ada, dan menggunakan teknologi yang mungkin belum diciptakan. Kaidah HighScope Indonesia dalam merancang ulang dunia adalah dengan mengubah bagaimana anak-anak belajar; terutamanya penguasaan life skills yang berhubungan erat dengan habits atau kebiasaan sehari-hari. Untuk menghadapi kehidupan yang nyata harus dilandasi oleh fondasi pembelajaran seperti kemampuan perkembangan sosial-emosional, kemampuan dasar & teknologi, kemampuan pembelajaran & kemampuan untuk berpikir.
Menurut Antarina S.F Amir, pendiri dan CEO HighScope Indonesia, “Kenapa anak-anak perlu ke sekolah? Mereka ke sekolah untuk belajar mengambil keputusan. Mereka mempelajari konsep dan keterampilan yang diperlukan untuk mengembangkan fungsi eksekutif otak, the CEO of the brain, yang membantu mereka mengambil keputusan yang baik di kehidupan nyata.”
Hasil Pelajaran HighScope Indonesia menetapkan bahwa siswa harus mengetahui, memahami, berlatih, dan dapat melakukan keterampilan ini pada tingkat yang semakin tinggi mulai di prasekolah dan berlanjut di seluruh sekolah menengah. Siswa perlu menjawab pertanyaan-
pertanyaan penting yang didorong oleh tujuan, kebutuhan, dan minat mereka sendiri, dan dapat menghubungkan pembelajaran mereka dengan apa yang saat ini terjadi di dunia.
Konferensi Tahunan HighScope Indonesia ke-9 mengangkat tema “Redesigning The World: From Theory into Action”, di mana HighScope Indonesia mengajak para pakar pendidikan dari berbagai bidang dan negara, untuk memperkaya pengetahuan, berbagi ilmu, dan membuka diskusi dengan guru dan staf seputar pendidikan. Pada tahun ini HighScope Indonesia mengundang pembicara-pembicara seperti Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia pada Kabinet Kerja, Rudiantara, S.Stat., MBA, Konsultan Pendidikan Internasional Denise White dan Alisa Braddy, Kepala Sekolah The English School (Helsinki, Finlandia); Petri Vuorinen, dan Guru Besar FEUI, penulis, pengusaha Prof. Rhenald Kasali, PhD, bersama dengan pembicara ahli lainnya.
HighScope Indonesia mempercayai bahwa salah satu aspek penting keberhasilan siswa adalah kualitas gurunya. Annual conference tahun ini diharapkan mampu memberikan kepastian ulang kepada pemangku kepentingan betapa pentingnya cara pandang HighScope Indonesia atas pendidikan, bahwa sekolah dan guru harus membekali siswa dengan pendidikan yang terbaik. Dengan kata lain, active learning, pembelajaran aktif yang terpusat pada siswa melalui pengembangan secara holistik. Konferensi ini menawarkan strategi aplikatif untuk meningkatkan proses belajar-mengajar untuk lebih dari 500 guru dan staf dari semua sekolah HighScope Indonesia.