Chat with our Network Representatives now:
PEOPLE, PLANET, AND PROFIT: BUSINESS DAY DARING DI HIGHSCOPE INDONESIA
Menanamkan Semangat Kewirausahaan Berkelanjutan Dalam Masa Pandemi.
Pandemi COVID 19 yang masih kita alami sekarang ini banyak merubah cara hidup kita. Hampir seluruh sektor usaha baik di bidang produk maupun servis mengalami dampak dari pandemi ini. Saat-saat yang penuh tantangan ini juga dirasakan oleh bidang pendidikan, di mana sistem pendidikan dituntut untuk berubah cepat dengan mengakomodasi pembelajaran yang bisa diakses dari rumah dan fokus kepada tujuan pendidikan itu sendiri.
Sejak pertama kali berdiri, Sekolah HighScope Indonesia percaya bahwa tujuan utama belajar di sekolah adalah untuk mengembangkan kemampuan anak dalam mengambil keputusan (Decision making) di dunia nyata, berdasarkan pengetahuan yang mereka bangun dari pengalaman-pengalaman yang mereka lalui. SHI mendukung siswa untuk memiliki berbagai macam pengalaman yang mengasah ketrampilan mereka untuk mengambil keputusan. Oleh karena itu, siswa-siswi SHI mempelajari mata pelajaran seperti Matematika, Sains, Bahasa, dan sebagainya melalui projek-projek yang membahas fenomena fenomena alam dan sosial yang terjadi di dunia ini. Di sini anak-anak dilatih memecahkan masalah dengan menggunakan soft skills seperti yang dinamai Learner Outcomes dan dimasukkan ke dalam kurikulum pada setiap mata pelajaran. Learner Outcomes terdiri dari:
- ketrampilan berkomunikasi (Communication)
- ketrampilan berpikir seperti seorang ahili (expert thinking)
- ketrampilan berkolaborasi (Collaboration)
- ketrampilan berkreasi dan berinovasi (Creativity and Innovation)
- ketrampilan berefleksi secara metalevel (Metalevel Reflection)
- ketrampilan memecahkan masalah sosial (Social Problem Solving)
- ketrampilan memimpun yang etis (Ethical leadership)
- ketrampilan beradaptasi dan kelincahan (Adaptability and Agility)
Pada saat Pandemi ini, SHI terus berinovasi dan beradaptasi untuk dapat terus mengakomodasi kebutuhan belajar anak sesuai dengan tujuan utamanya. SHI melihat bahwa cara belajar daring adalah salah satu solusi, namun jika kurikulum dan cara belajar tidak dirancang dengan baik, maka hasil belajar tidak akan efektif. Oleh sebab itu, SHI menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh yang interaktif, Home-Based Interactive Learning (Pembelajaran Interaktif dari Rumah).
Home-Based Interactive Learning adalah sistem belajar di mana siswa belajar secara interaktif dengan panduan dari guru-gurunya melalui daring dan menggunakan platform Google Meet dan Google Classroom. Pada sistem belajar HBIL ini, guru bekerjasama dengan orangtua dalam memberikan bimbingan dan dukungan belajar dari rumah agar pembelajaran siswa tetap berjalan dengan efektif. Selama 3 bulan terakhir, HBIL mencakup aktivitas pembelajaran sehari-hari, event sekolah, penerimaan raport, acara kenaikan kelas dan wisuda, dan berbagai kegiatan sekolah lainnya.
Salah satunya event sekolah yang dijalankan dengan cara HBIL adalah BUSINESS DAY. Kegiatan Business Day telah dilaksanakan oleh SHI setiap tahun sejak tahun 2001, dan di tahun 2020 ini, untuk pertama kalinya acara Business Day dilakukan secara daring (online), mulai dari persiapan, transaksi dan review.
Business Day dilaksanakan oleh seluruh siswa program SD dan SMP, Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan jiwa wirausaha (entrepreneurship) untuk mendukung ekonomi yang berkelanjutan. Kegiatan ini mempersiapkan siswa untuk mendapatkan pengalaman bisnis dan menumbuhkan semangat kewirausahaan dengan konteks yang nyata. Kegiatan ini dapat menumbuhkan jiwa wirausaha dan mengasah soft skills yang disebutan di atas (HighScope Indonesia Learner Outcomes).
Dalam Business day ini, siswa siswi mengintegrasi dan mengaplikasikan berbagai keterampilan; matematika, ilmu sosial, seni, dan teknologi sesuai dengan minat mereka dan mengaplikasikan ketrampilan Learner Outcomes untuk menjalankan Business Day. Ketika siswa menganalisa dan memecahkan masalah, mereka menggunakan Learner Outcomes Expert Thinking, ketika mereka membuat karya yang kreatif dan inovatif yang disesuaikan dengan fenomena yang terjadi pada saat ini, mereka mengasah ketrampilan Creativity & Innovation. Di saat mereka berkolaborasi bersama team dalam 1 usaha atau bahkan dengan team lain yang beda usaha, mereka mengasah ketrampilan Synergistic Collaboration. Pada akhirnya, mereka berlatih untuk menjadi pemimpin yang beretika (Ethical Leadership) ketika mereka belajar untuk memimpin team sesuai dengan tugas dan tanggung jawab mereka sebagai CEO, marketing, finance, produksi dan lain sebagainya.
Tema Business Day 2020 adalah "People, Planet, and Profit.” Selain dilakukan secara daring, pada Business Day tahun ini siswa diwajibkan untuk membuat produk karya sendiri dengan menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan. Menurut Tri Dewanti, Training, Research & Development Specialist HighScope Indonesia, “Kegiatan Business Day ini juga mengembangkan financial literacy skill dan proses design thinking secara nyata, sehingga siswa dapat mengambil keputusan ekonomi untuk memecahkan masalah di komunitas sekitar dan memiliki kesadaran sosial terhadap masalah di lingkungan.“
Tentunya ada penyesuaian dan perubahan yang harus dilakukan untuk kegiatan BUSINESS DAY secara daring dan dalam masa pandemi ini. Contohnya, pada tahun-tahun sebelumnya, untuk tingkat SD, para siswa “menyulap” ruang kelas masing-masing menjadi tempat usaha, sesuai dengan konsep bisnis yang mereka tentukan. Namun, pada tahun ini, siswa K-5 mempersiapkan proposal bisnis yang dibuat
berdasarkan proses observasi dan analisa data terhadap fenomena alam dan sosial sekitarnya. Proposal ini dipresentasikan kepada orang tua atau anggota keluarga lainnya.
Fatima, orang tua dari Nabila siswa 2-3 dari Sekolah HighScope TB. Simatupang sangat terkesan dengan proposal bisnis yang dipresentasikan oleh anaknya. “Untuk Proposal Business kali ini dia membuat Kalung Masker, dia sendiri yang merancangnya sesuai dengan keadaan dan situasi sekarang ini. Dia melihat saya dan beberapa orang sering lupa membawa dan menyimpan masker jadi dia mempunyai ide membuat kalung yang dapat menyimpan masker jadi ketika selesai memakai masker kita dapat menyimpannya di kalung.”
Untuk tingkat SMP, siswa kelas 6-7 mendirikan sebuah perusahaan yang menjual produk atau jasa secara online (e-commerce business) sesuai dengan proses analisa pasar yang telah mereka lakukan sebelumnya, di mana mereka diminta untuk menyesuaikan produk atau servis yang mereka jual dengan kondisi pandemi. Siswa membuat protokol penjualan yang aman dalam melakukan aktivitas ekonomi dalam masa pandemi. Sedangkan siswa kelas 8-9 berperan sebagai “pemerintah” yang mengatur interaksi 3 pelaku ekonomi: pemerintah, pengusaha, dan rumah tangga. Sebagai pemerintah, siswa diharapkan dapat mengatur dan mengevaluasi perekonomian yang dijalankan agar sesuai dengan regulasi yang sudah ditetapkan.
Sekolah HighScope Indonesia Bali, Gendis Ginanti menjual frozen yoghurt dan memproduksi sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan yang diperankan oleh kelas 8-9. Dewi Kadhita, orang tua dari Gendis, sangat terkesan dengan usaha yang dilakukan oleh anaknya. “Dia berhasil menyelesaikan dan melakukan tugas terkait Business Day, seperti proposal dan bahkan transfer PPN. Saya senang sekali Business Day berhasil dengan lancar dan anak-anak juga berhasil mendapatkan untung.”
Tri Dewanti menjelaskan bahwa tema Business Day 2020 sangat sesuai dengan isu global yang dipelajari oleh siswa pada saat ini. “Siswa juga diajak melihat masalah-masalah ekonomi secara nyata dan memahami Konsep Triple Bottom Line agar siswa tidak hanya belajar untuk melakukan aktivitas ekonomi untuk memperoleh profit, namun juga memperhatikan kepedulian sosial dan pelestarian lingkungan. Contohnya; menjual produk dengan kemasan bebas plastik atau kemasan ramah lingkungan. Siswa pada akhirnya diharapkan untuk menjadi world citizen yang mendukung Sustainable Development Goals yang dicetuskan oleh PBB.”
Siswa juga menggunakan platform media sosial Instagram untuk mempromosikan usahanya masing masing. Seperti Ratu Nikola Andjani dan teman-temannya dari Sekolah HighScope Indonesia TB. Simatupang yang membuat hand sanitizer dengan dekorasi di dalamnya, produk tersebut mereka beri nama “Angel Tears”. Luly Koesoemawardhani, orang tua dari Niki merasa sangat senang bahwa anak-anak tetap bisa bekerja sama untuk membuat produk walaupun menghadapi berbagai tantangan. “Ini bisa menjadi pembelajaran untuk mereka tentang bisnis yang bisa menyesuaikan dengan keadaan sekarang. Pemilihan produknya tepat, pemasaran cepat. Juga mengajarkan bahwa dalam bisnis harus tetap berusaha dengan segala keterbatasan yang ada untuk tetap mewujudkannya. “
Kegiatan Business Day berlangsung selama beberapa hari di seluruh Sekolah HighScope Indonesia pada awal Juni 2020.