December 22 2021
6 Cara Seru Memperkenalkan Matematika Untuk Anak

6 Cara Seru Memperkenalkan Matematika Untuk Anak

Apa yang muncul dalam benak Ibu saat mendengar kata “matematika”? Sebagian besar mungkin akan mengaitkannya dengan rentetan angka, rumus, dan simbol trigonometri, atau hal-hal yang berhubungan dengan penghitungan uang yang terlihat sangat sulit dikerjakan kecuali bagi orang-orang yang jago matematika. 

Apa yang muncul dalam benak Ibu saat mendengar kata “matematika”? Sebagian besar mungkin akan mengaitkannya dengan rentetan angka, rumus, atau simbol trigonometri, atau bahkan “trauma” karena sulitnya mendapatkan nilai bagus untuk pelajaran yang satu ini.

Akan tetapi, tahukah Ibu, bahwa matematika tidak identik dengan angka, hitung-hitungan, ataupun istilah sinus, cosinus, tangen? Matematika pun tidak semenyeramkan yang Ibu bayangkan dan bahkan anak usia dini pun sudah bisa bermatematika!

Sejatinya, matematika memiliki jangkauan lebih luas daripada sekadar angka, rumus, ataupun  nominal uang seperti yang umumnya orang dewasa ketahui dalam kehidupan sehari-hari. Demikian juga bagi anak, matematika bukan sekadar menghitung, mengurangi, membagi, atau mengalikan angka-angka. 

Menurut National Association for Education of Young Children yang bertempat di Washington, Amerika Serikat, di fase awal kehidupannya, anak telah mempelajari dan memperhatikan dunia sekitarnya dengan cara membandingkan jumlah dan ukuran, menemukan pola, atau mengatur keseimbangan saat mereka bermain dengan balok. Ketika mereka memanjat dan menuruni perosotan, mereka mengamati ketinggian, arah, dan kecepatan. Apa yang mereka lakukan itu sejatinya merupakan eksplorasi terhadap konsep matematika. Tak jarang kita mendengar mereka berceloteh, “Kakak maunya yang lebih besar,” “Adik lompatnya jauh ya…” “Besar”, “jauh”, “lebih” merupakan ekspresi matematis. Tugas kitalah sebagai orang dewasa untuk terus memberikan kosa kata yang tepat sesuai dengan yang sedang mereka lakukan. 

Dengan memahami konsep dasar matematika. banyak manfaat yang bisa anak dapatkan untuk menunjang tumbuh-kembangnya, bahkan sangat membantu bagi anak usia pra-sekolah yang akan menginjak bangku sekolah dasar. Jika anak akrab dengan dimensi matematis seperti pengukuran, klasifikasi, perbandingan, dan prediksi dalam keseharian, maka nantinya akan lebih mudah mengasah kemampuan anak untuk berpikir kreatif, logis, dan kritis. 

Kemampuan ini nantinya akan sangat dibutuhkan sepanjang hidup si kecil agar bisa beradaptasi dengan lingkungan, berinovasi, memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan berpikir secara kritis serta luas dalam pemecahan masalah. Dengan kata lain, matematika akan menjadi bekal untuk anak menguasai berbagai keterampilan hidup (life skills)

Mengingat banyaknya manfaat yang didapat saat si kecil menguasai matematika, tentu Ibu tak ingin melewatkan kesempatan memperkenalkan matematika untuk anak sejak dini. Namun, alangkah baiknya jika Ibu memperkenalkan matematika untuk anak dengan cara yang menyenangkan, misalnya dengan bermain. Karena di masa golden age anak, yaitu 0-6 tahun, cara orangtua mendidik anak akan sangat mempengaruhi perilaku dan pilihan anak di masa mendatang. Jika orangtua memperkenalkan matematika untuk anak dengan cara yang rumit dan membosankan, tentu anak tidak akan tertarik.

Lalu bagaimana cara mengenalkan matematika untuk anak usia dini? Berikut 6 cara seru yang bisa Ibu gunakan saat mengembangkan kemampuan matematika untuk anak:

1. Mengelompokkan Benda dan Bentuk

Memperkenalkan matematika untuk anak berusia toddler atau sekitar 1,5 - 2,5 tahun bisa dilakukan dengan cara mengelompokkan benda sesuai warna. Ibu bisa menggunakan bola atau aneka mainan apapun yang ada di rumah yang memiliki warna dasar. Jika si kecil cocok dengan gaya belajar kinestetik, Ibu bisa meletakkan benda di berbagai tempat berbeda sehingga kebutuhan gerak anak tetap terpenuhi. Saat anak sudah semakin mahir, Ibu bisa mengajak si kecil mengelompokkan benda dengan bentuk yang sama, seperti balok kayu, mobil-mobilan, dan bahkan daun yang bisa ditemukan di halaman rumah.

2. Bermain dengan Balok

Cara seru lainnya untuk belajar matematika  adalah menggunakan benda tiga dimensi seperti balok dan puzzle knob.  Anak akan belajar tentang ragam bentuk dan untuk selanjutnya mengenal konsep ruang dan bangun (spatial reasoning), seperti pengukuran dan perkiraan saat memasang atau menyusun balok. Saat si kecil menginjak usia 2 tahun ke atas, mereka akan mulai menyusun balok tersebut hingga membuat satu bentuk dimensi baru yang biasanya mereka imajinasikan sebagai bentuk kereta, rumah, dan lainnya.

3. Mengenal Angka dengan Menyanyi

Mengasah kemampuan matematika anak lewat lagu juga cukup efektif untuk dilakukan. Lagu yang ceria dapat meningkatkan antusiasme dan semangat anak. Ibu bisa mengenalkan angka 1-10 dengan lagu, seperti “Lagu Anak 1 2 3 4”, “Ten Little Indians”, atau “Lima Anak Bebek (Five Little Ducks). Sewaktu bernyanyi Ibu bisa menggunakan jari tangan untuk merepresentasikan angka beserta gerakan. Contohnya, sewaktu menyanyikan Five Little Ducks gunakanlah jari tangan untuk merepresentasikan jumlah bebek, diikuti gerakan lain yang menggambarkan bukit (hill), dan cara berjalan bebek yang disertai suara bebek "quack quack". Bila anak selalu memilih lagu yang sama, sebaiknya Ibu tidak memaksa untuk mengganti lagu lain. Untuk variasi, Ibu bisa menanyakan angka lain dan mengganti bebek dengan binatang lain yang anak inginkan. Jangan lupa untuk menyesuaikan gerakan dan suara binatang dengan binatang yang dipilih. Saat anak sudah di atas 3 tahun, Ibu bisa melanjutkan memperkenalkan berhitung dengan lagu “Satu Ditambah Satu” dan lagu lainnya yang memperkenalkan konsep penambahan dan pengurangan; atau “Naik-Naik Ke Puncak Gunung” untuk memperkenalkan konsep ruang. 

4. Bermain dengan Pola

Aktivitas bermain dengan pola dapat mengasah keterampilan anak dalam memecahkan masalah dan kemampuan berpikir abstrak sekaligus rasional. Dengan menggunakan lego, mobil-mobilan atau balok kayu, Ibu dapat memperkenalkan pola sederhana dengan menyusun Lego dua warna, merah-biru-merah-biru-merah-biru dan tanyakan pada anak warna apa yang harus ibu susun setelah biru. Ajaklah anak untuk mencontoh dan kemudian membuat pola yang anak inginkan dari mainan yang anak sukai. Pola juga dapat dilakukan dengan menyusun sesuai tekstur (halus-kasar), rasa (asam-manis) ataupun gerakan (lari-lompat).

5. Memanfaatkan Kegiatan Sehari-hari

Memperkenalkan matematika untuk anak juga bisa dilakukan melalui kegiatan sehari-hari bersama orangtua dengan selalu mempertimbangkan minat anak. Bahkan, tanpa material atau alat khusus pun, Ibu bisa membuat si kecil akrab dengan matematika melalui cara sederhana dan seru. Saat naik dan turun tangga, ibu bisa menyebutkan satu angka untuk setiap anak tangga dan bertanya sudah berapa anak tangga yang anak jalani. Ibu juga bisa membuat playdough dengan menakar tepung dengan gelas plastik maupun sendok.  Bahkan ibu bisa mendiskusikan seberapa besar garasi yang perlu dibuat untuk semua mobil-mobilan yang anak punya sehingga terhindar hujan. Menyenangkan bukan?

6. Memilih Sekolah yang Tepat

Memilih sekolah untuk anak bisa menjadi pilihan alternatif yang menjanjikan bagi orangtua yang merasa ragu atau kurang menguasai cara memperkenalkan matematika untuk anak dengan tepat. Tentu saja ada beberapa aspek penting yang harus dipertimbangkan saat memilih sekolah, seperti kurikulum, fasilitas, pendamping, hingga suasana sekolah.

Lantas, seperti apa sih sekolah yang menunjang pengajaran matematika untuk anak dengan cara seru dan menyenangkan?

Kali ini program Early Childhood sekolah HighScope Indonesia hadir untuk mendukung orangtua dalam menunjang kemampuan matematika si kecil agar terasah secara tepat dan optimal. Mengapa demikian? 

Pertama, pengajaran matematika dengan kurikulum yang menyenangkan dan sesuai bakat-minat anak. Seperti kegiatan selling day, aktivitas kelompok untuk membuat pola, dan kegiatan yang akrab dengan keseharian anak. Sekolah HighScope Indonesia juga mengadakan Math Tech Week setiap tahunnya, acara tersebut terdiri dari simulasi pengajaran matematika oleh guru ke orangtua mulai dari program Early Childhood sampai dengan tingkat SMA, yang membahas bagaimana bisa mengajarkan matematika dengan barang-barang yang dipakai sehari-hari. 

Kedua, HighScope Indonesia menempatkan guru sebagai partner in play, sehingga anak-anak akan merasa nyaman berinteraksi dengan gurunya. Melalui interaksi inilah, anak akan belajar secara terbuka, dua arah, dan natural karena belajar akan terasa seperti bermain dan tanpa tekanan. Selain itu, dengan guru sebagai mitra anak juga akan memudahkan dalam memahami bakat-minat anak. Sehingga nantinya guru bisa menentukan gaya belajar seperti apa yang tepat untuk mengajarkan matematika kepada anak-anak yang memiliki kemampuan dan kebutuhan yang berbeda-beda. Selain itu Sekolah HighScope Indonesia juga mengadakan Babysitter Workshop secara online, untuk memberikan arahan bagi para pengasuh untuk mendukung anak dalam belajar matematika sejak dini. 

Ketiga, yang tak kalah penting, HighScope Indonesia menawarkan lingkungan yang suportif dengan fasilitas serta materi yang lengkap dan real-life application (konkret) yang akan memudahkan si kecil memahami konsep matematika dan mengasah kemampuannya berpikir kritis, logis, dan kreatif. Salah satu bagian dari Math Tech Week adalah guest speakers, yang diundang untuk berbagi bagaimana mereka menggunakan matematika dalam masing-masing pekerjaannya, seperti Barista dan Koki di tingkat Early Childhood. 

Wah, dengan begitu, belajar matematika terlihat sangat menyenangkan bukan? Kini Ibu tak perlu khawatir lagi. Bersama HighScope Indonesia, si kecil akan akrab dengan matematika di usia emasnya dengan stimulasi yang tepat dan optimal!.

Share
OTHER EVENTS
Memperkuat Semangat CINTA INDONESIA Melalui Perayaan HUT ke-75...
PEMENANG KOMPETISI ESAI
WORLD SCHOLAR'S CUP - TOURNAMENT OF CHAMPION